Showing posts with label Emosi. Show all posts
Showing posts with label Emosi. Show all posts

Thursday, December 18, 2008

Ketagihan tongkat Ali

Dia datang lagi. Dia tahu hari ini Otto cuti. Sebelum dia datang, dia buat panggilan ke rumah ini terlebih dulu.
"Harera-san?," terdengar dia bertanya.
"Hait", tertanya-tanya siapakah gerangan yang menyebut nama ini dengan suara mesra.
Seterusnya dia minta bercakap dengan Otto.
Otto letak gagang telefon dan berkata dia akan datang dalam waktu tengah hari.
Kali ini saya sengaja makan tengah hari dengan sepinggan spaghetti di meja makan sewaktu dia menyoal-siasat Otto.
Dia menanyakan tanah perkuburan orang Islam di Jepun, adakah tanah perkuburan untuk orang Islam di Okinawa, kenapa ramai orang berkumpul minggu lepas di dewan kampus (hari raya korban-saya tak jadi solat raya sebab kurang sihat) dan ini soalan yang paling pelik...kenapa Otto tak berinteraksi dengan orang Bangladesh.
Otto balingkan pandangnya ke meja makan, bertanya kenapa dia tak berinteraksi dengan orang Bangladesh. Saya rasa soalan ini terlalu pelik hingga Otto sendiri tidak dapat memberi jawapan yang memuaskan.
Saya terus terang berkata Otto tidak berinteraksi sebab Otto tidak bercakap dengan mereka...pusing-pusing situ juga. Sebetulnya bukan sahaja Otto tidak berbual dengan orang Bangladesh, dengan orang lain pun sama, tak kira bangsa. Otto memang tidak ada masa untuk berbual selepas solat Jumaat. Waktu tugasnya bermula dari jam 3 ptg dan sebelum dia memulakan tugas, dia harus lakukan persiapan rutin di rumah seperti atur jadual, semak senarai nama dll. Adakala khutbah dari orang Tanzania atau Somalia yang panjang lebar, berleret-leret, makanya Otto akan balik rumah kelam-kabut dan bergopoh-gapah membuat persiapan tugas untuk hari itu.
Otto berbalik kepada saya dan bertanya, kenapa saya PULA tidak berinteraksi dengan orang Bangladesh.
Dengan menahan emosi, saya kata sebab saya tidak keluar dari rumah ini pun. Saya tidak pergi solat Jumaat, saya tidak berjumpa dengan sesiapa bukan hanya orang Bangladesh, sesiapa pun saya tidak berinteraksi.
Apahal dengan orang Bangladesh? Kenapa dia sebut kaum Bangladesh tapi kaum yang lain tidak? Sungguh saya tidak faham apa yang berlaku sekarang.
Saya bercakap sambil menyuap spaghetti ke mulut, walaupun mata ini memandang pada makanan tapi saya rasa mereka merenung lama pada saya.
Untuk maklumat, saya berpakaian menutup aurat dengan teliti setiap kali dia datang.
Ini saya bangun pukul 4 pagi, tak dapat tidur, memikirkan keadaan yang pelik sekarang.

Dia kata dia datang hari ini hanya ingin memberikan barang untuk kami.
Barang ini dia beri sebagai hadiah peribadi.
Dia keluarkan kotak dari kertas bungkusan dan mengatakan dalam kotak itu ada berbagai jenis kopi.
Dia kata setiap kali dia datang saya hidangkan kopi. Itulah dia berikan kami kopi sebagai penghargaan.
Ingat tak saya hidangkan dia kopi dari Seremban yang bercampur dengan tongkat Ali, mungkinkah dia terasa kesedapan tongkat Ali itu?

Sebelum dia melangkah keluar, dia mohon kami memberi kerjasama seterusnya untuk tahun baru nanti.
Ini bermakna dia akan datang lagi.

Saya buat catatan ini dalam BM sebab tak mau mereka tahu hal ini. Maksud saya, mereka dari golongan orang dia dan orang-orang Islam yang tidak faham catatan ini, yang berada di sini.

http://halela.blogspot.com/2008/09/hadiah-hari-nuzul-al-quran.html

Wednesday, November 19, 2008

Victoria's secret Fashion Show 2008



Who are these shows for?
For the men?
or
for women?

Men do not need all these tiny itsy bitsy bits to make love.
Then, these underwears or is it "underwears" are for women.
Yes, to some women, it brings the spirit up just to put them on.
The feel is like having a very tall glass of Haagan Das Ice cream, sweet just for a moment.

Yes, the sweetness is there but I still opt for nothing.

(note from a lady who is married for more than 26 years).

Tuesday, October 21, 2008

Retirement of the Home Madame.

For people who have been actively employed all the waking hours, being paid handsomely or otherwise, they will have a cut-off line to change their lifetime status. When those employed time has ended and they brand themselves as "retired", the image is set.
Naturally, by this time they have a bagful of retirement reward, they feel inner satisfaction, they will look forward to hobbies that were sacrified long ago.

I envy these people. Its nice to know where you stand, good to know you are up onto another level of life.

The subject of this rambling is me.
I am a home person all my waking hours after I am "happily married ever after"!
The first phase of my life as a bearing and fruiting person is long gone.
Then the second phase of guiding and taking care of the growth has just gone.
Now, when the growth is blossoming, when the growth can take care of itself, where do I stand?
Quite clearly, this is the last phase of my life.

Then, do I call myself as retired?
I am still a home person, doing my home thing. So, in truth, let me ask again...
am I or am I not retired?

Thursday, April 10, 2008

What's in my head?

Have you tried translating 3 languages at the same time, at the same sitting, at the same breath?

Not just normal everyday words but words full of flowers, overflowing water, crispy clears rivers. Those sort, if you know what I mean...

This is what happened....

My husband is saying something but I am not listening. But I have to pretend, so suddenly I said...

...at last you managed the snow mountain!!!

Oooopppps!
Now, where did that come from?

He asked back, what are you talking about? What snow mountain?
I don't know where that come from *sigh*

Then, going deep in your thoughts, nothing can knock you out.
Suddenly from my son leaving the house...assalamualaikum...

out come from my mouth...Nihon no Roshodom, as a reply to that!
What mommy?

Dinner tonight, this question popped up (as usual not listening) while I was in mid-sentence...

I answered...You can eat the pelangi kembar on the table!

Oh, pelangi kembar...something new in my head (roll eyes)

I need my space...give me some space...in my head!

Tuesday, April 01, 2008

Me

Tolonglah berikan saya masa. Saya perlukan masa. Saya perlu bersendiri.

Berilah saya ruang untuk menulis, janganlah masuk dalam fikiran ini.

Tolonggg...
Saya ingin bersaing dengan penulis lain, rancak menulis.
Berilah saya kebebasan!
--------------------
afterthought: tidak ada kaitan dengan kawan/kenalan/pembaca/perindu di alam siber, harap maklum.

Wednesday, December 12, 2007

Anonymous

Saya paling tidak suka orang tulis komen dengan tandatangan anonymous. Pada saya kalau ingin menyatakan yang benar dan iklas dalam penyataan itu, tidak salah gunakan nama sendiri.
Kenapa bersembunyi di belakang nama anonymous? Kalau tak mau orang tahu nama sendiri, jangan tulis komen, sabar dan pusing belakang, terus X kan aje blog itu.
Pada saya orang yang ingin memberi nasihat harus bertanggungjawab atas nama sendiri, tidak perlu takut. Kalau perkara yang dinasihatkan itu dirasa betul dan iklas diberikan, pertanggungkanlah diri.
Saya tidak "print" sesiapa yang tulis sebagai Anonymous walaupun saya tahu siapa mereka.
Tengok di sini betul-betul, berapa banyak webstats, IP data sites saya masukkan. Email yahoo yang saya terima juga dipasang dengan tracer.
Saya tahu siapa yang baca blog ini sebab saya tahu server mereka terutama pembaca yang kerab membaca catatan ini.
Jadi anonymous, kalau ingin masukkan komen, janganlah rasa boleh bersembunyi di belakang tabir sana.
Saya tidak suka orang yang tidak iklas.
Biarlah apa yang dikata itu kurang sedap asalkan nama itu dipampangkan.

Amaran akhir...saya tidak masukkan lagi tulisan Anonymous.

kaki nota: Tarikh 13 Dis. 2007-Blog ini diubah comment settings.
a) Comment moderation
b) Users with google account

Tuesday, December 04, 2007

Marah


Pagi ini lepas solat, buat bekal bentou nasi untuk Tomo bawa ke sekolah. Saya pun bersaraplah sambil menikmati drama pagi selama suku jam itu. Lalu masuk ke bilik baca buku setebal jari telunjuk "The Covenant" karya James Micheaner.
Terdengar dari bilik, Otto cakap marah-marah bertelefon.
Apahal lah orang tua ni pagi-pagi buta...fikirku sendiri.

Oh, dia mengamuk pegawai insurans yang menguruskan untuk bapanya datang melawat bapanya dengan tidak membuat janji dengannya terlebih dulu.

Kenapa kamu datang tak buat janji dulu?
Kenapa jumpa bapaku tanpa pengetahuanku?
Kenapa ambil surat-surat dari bapaku tanpa kebenaranku?
Kenapa buat kerja tidak ikut peraturan?

Dia berbual lama sangat sampaikan saya sendiri kena heret plastik sampah ke tempat pembuangan sampah. Nanti dah datang lori sampah, tertinggal pulak sampah kat rumah kalau saya tak heret.

Tempat pembuangan sampah pulak ada kerja gali paip taik, jadi di alih ke corok lain.
Seorang perkerja menghulur tangan untuk mengambil sampah berat dari dukongan saya. Tapi saya tolak bantuannya sebab segan orang lain buangkan sampah saya.
Susah-susah dan berat-berat pun saya heret sendiri juga.

Saya masuk rumah tengok Otto merah muka, khulu khilir tak tentu arah.
Alahai...dah tension sendiri orang tua nie.

Saya nasihatkan dia, apalah nak marah-marah sangat. Cakap aje dengan betul kesalahan orang itu, kan lebih aman.
Kita marah-marah orang, darah naik, muka merah, jantung melambung-lambung, kepala pening...kena juga pada diri sendiri.

Lepas tu dia masuk tandas, lama...rupanya dalam tension dia tak dapat lepas...ah...tu lagi.
Benda tu tak dapat lepas...kan ke masalah besar.

Kalau tak juga puas selepas memberitahu kesalahan orang itu, bawa aje ke atas. Kasitahu pegawai atau pengetua yang menjaga pejabat orang itu.

Apalah nak marah-marah sangat!

Saya nie dah tak peduli lagi perangai orang-orang yang suka memfitnah, memburuk nama orang lain atau membencikan saya.

Gasaklah apa mereka lakukan, asalkan saya sihat, aman jauhari dan batin.

Padanlah ugama kita suruh bersabar dan sabar itu separuh dari iman.

Tuesday, July 17, 2007

Post typhoon malaise

I put it in a pot, filled it up with earth and add some fertilizers. Water it lovingly and placed the pot in a nice shade, away from the strong summer sun.

Then, the typhoon came and blew the whole pot away and there goes everything that I planted in the pot.

Hey, that was my brains in the pot...

Sunday, April 29, 2007

Pejabat pos

Konnichiwa (good afternoon), dia kata.
Saya balas konnichiwanya dan menambah...Tokyo e onegaishimasu (ke Tokyo, sebenarnya perkataan "onegaishimasu" susah diterjemahkan).

Dia mengambil kotak itu dan membeleknya sebentar, lalu meletakan ke atas piring alat penimbang.
Sambil dia merenung jarum penimbang itu, saya merenung wajahnya.
Orangnya lelaki muda dalam lingkungan 27 tahun. Bulu keningnya hitam dan lebat, matanya seperti dua kacang almond dan dihujung mata itu ternaik sedikit. Lubang hidungnya tertutup dan bibirnya berwarna merah lembut. Mukanya berbentuk 4 segi dengan rangka dagunya yang kukuh.
Di bahunya tergambar tebing air yang menjunam menjatuhkan air di lengan. Bahunya juga berbentuk 4 segi, teguh. Badanya tegap, dan tinggi dalam 1.76 meter.
Saya terpegun memandangnya, dan dalam bersembunyi merenung lagi wajah itu.
Selepas menimbang kotak itu, dia mohon saya menanda tangan di borang alamat. Dia menghulurkan pen dan saya sempat merenung kulit tangannya yang halus, tapak tangan itu berisi dan kemerahan bersama jari-jemari yang elegan.
Saya menolak pemberian pen dari tangannya sebab jika tersentuh jarinya yang elegan itu, mungkin eletrik di tangan ini seperti kabel yang dipasang api menuju bagai kilat ke alat yang meletup.
Saya mencari pen di kaunter sebelah dan meletakkan tanda tangan di kertas itu.
Dengan mata yang tajam menghadap muka ini, dia mengatakan harga setem untuk hantaran itu dengan suara lemak dan lunak.
Saya renung sekali lagi mata almondnya yang berwarna coklat tapi hanya sejenak sahaja sebab saya tahu kelemahan diri ini.
Dia menyerahkan tangannya untuk menyambut wang yang ada di tangan ini tapi sekali lagi saya menolak tangan itu.
Saya meletakkan wang pembayaran ke pinggan yang disediakan khas di kaunter.
Dia mengambil piring itu, mengira dan mengeluarkan resit dari mesin daftar tunai.

Saya memandang wajah itu sepuasnya dan berkata sendiri.
Ya Allah punya kuasa yang ada pada-Mu mencipta seorang yang sehencem ini, seindah ini, setampan ini.
Walau sekuat iman ini, dapat juga dicairkan seketika dengan ketampanannya yang Engkau Jadikan.
Walau nafsu ini seperti salji cecair yang mengalir di musim panas ke sungai Ganges, hilang dibawa ombak dan akhirnya menjadi awan, dapat juga ditawan dengan percikan yang mengalirkan darah merah ke jantung, lalu melayangkan iman ini.

Ya Allah, saya sangat bersalah. Saya akui tidak dapat menghilangkan wajah anak muda itu dari pandangan "mata" ini.

Ampun, ampun, masya-Allah, subhana-Allah.
Saya hanya manusia biasa yang memuji ciptaan Allah.

Friday, April 20, 2007

Menghilangkan

Kak lela, saya Amir, ingat lagi tak? Sekarang saya ada kat Washington DC. Kalau kak lela datang sini, saya tunggu kat airport.

Tunggu, tunggu...Amir yang mana? Kepala ini mula masuk proses computation...bila kita berjumpa? adakah dia peserta JICA? Adakah dia kenalan blogging? Adakah dia pelajar yg sudah tamat pengajian di pulau ini dari JPA?

Tak ingat.

Kat Malaysia kan, ada sejenis kad telefon yang murah kadarnya, 20 min cuma 16 sen saja.

Tunggu, tunggu...20 min untuk 16 sen? Kepala ini mula sekali lagi masuk proses computation...murahkah itu? Kalau tukar kadar itu ke nilai yen, berapa agaknya...

Tak ingat lagi.

Kat Malaysia kan sekarang kalau orang bangsa lain kena langgar kereta, orang Melayu tak ambik port...orang itu berdarah separuh mati pun tak de orang tolong...

Tunggu, tunggu...kalau orang cedera itu berdarah separuh mati, mana tahu dia cina atau melayu? Mungkin darah melayu lebih merah dari darah bangsa lain kot?
Kepala ini masuk proses computation...gagal, tak dapat compute.

Nampak gayanya disebabkan tinggal jauh dari masyarakat melayu dan sudah sekian lama tidak berhubung, maka profail dan data juga masuk proses deletion.

Nampak gayanya juga yang tinggal pada diri ini hanya percakapan dan bahasa melayu saja boleh dikekalkan. Itu pun pada orang bijak pandai berbahasa Melayu (ialah orang melayu rasa puas dengan kepandaian berbahasa melayu), cara tulisan ini seperti jijik dibaca, kotor dijadikan ayat dan tidak seharusnya dihormati dan setaraf. Undang-undang yang dijatuhkan...tak layak menulis bahasa Melayu...keluar, keluar, berambus...

Mungkin betul juga anggapan ini...darah melayu sememangnya lebih merah dan lebih asli dari darah bangsa lain.

Friday, April 06, 2007

awan bersendiri



Ini dari seorang blogger yang berminat dalam fotografi,
unsunghero

Monday, February 12, 2007

Bermula lagi.

Hujung minggu ini, saya tukar template ini dan mula memasang fungsi google untuk blog ini. Setiap entri dilabelkan dan ejaan, juga guna bahasa yang salah diperbetulkan.
Ada banyak lagi yang perlu saya ubah-suai tapi saya akan buat mengikut waktu yang ada.
Mulai sekarang saya akan mula menulis di sini. Masa membetulkan ejaan pada entri lama, sambil membaca, saya teringat semula perkara dan kejadian yang berlaku di setiap entri. Banyak juga yang saya sudah terlupa dan membaca entri lama itu mengembalikan nostalgia dan kenangan seperti tayangan gambar lama.
Fungsi google sekarang boleh dikumpulkan setiap entri mengikut topik yang diceritakan. Itulah yang saya sibukkan sekarang, masukkan label pada setiap entri lama.
Banyak saya ingin ceritakan...

Thursday, January 29, 2004

Sindrom salju

Penyakit ini hanya ada di negara yang bermusim sejuk. Ini bermakna orang-orang di Malaysia tidak akan dilanda dengannya!
Kebelakangan ini (lebeh 2 minggu) cuaca di Okinawa mendung berhujan, sejuk menjatuh pada suhu 10c, gelap cahaya mentari hilgang. Ini baru suhu 10c, tapi orang yang kena suhu bawa beku di tempat lain, agaknya lagi merana.

Tanda sindrom ini ialah...

1) merasa bosan setiap masa, baik orang atau barang atau berbuatan,
2) merasa badan bertambah berat lalu tidak bermaya untuk membuat sebarang kerja,
3) keinginan bersosial hilang,
4) rasa kantuk 24/7,

Kalau sindrom ini terbawa-bawa ke Hari Raya Korban nanti, nampaknya tak berasaplah dapur rumah ini.
Masa ini tidak larat menulis panjang-panjang, mengantuk!

Thursday, November 20, 2003

Kad Raya



Kad yang pertama diterima dari sorang peserta JICA-OIC, kursusnya di sini 6 bulan. Dia sempat beraya eid-dil fitri dan eid-il adha bersama keluarga ini tahun lepas.

1) Noursilawati bertajuk "Buat yang Di-sayangi" adus, romantiknya. Dengan ringtone "Selamat Hari Raya" bila dibuka.
2) Md. Fabilah, Penolong Pegawai Latihan, Univ. Teknologi Malaysia.
3) Noor Adura, peserta JICA-OIC.
4) Noraida, Pegawai Sistem Maklumat, Suruhanjaya Perkhitmatan Awaw, peserta JICA-OIC.
5) Siti Sara Ismail, adik pada Siti Rodziah, yang berada di Okinawa sekarang, juga peserta JICA-OIC.
6) Halijah Abdul Razak, adik saya yang berada di Spura.
7) Masayu Abdul Rahim, anak sedara yang berada di Kuala Ina, Alor Gajah.
8) Munira Abdul Razak, adik ipar yang berada di Singapore.
9) Kak Maimon, sepupu dari sebelah emak dari Rantau, Negeri Sembilan.
10) Eliza dari Pulau Pinang juga peserta JICA-OIC (last but not in the least of appreciation).
11) Hametha Abdul Razak, adik di Spore yg baru melahirkan anak ketiga.
12) Eliza Mat Nor, kad ni sampai pada raya 10, mungkin mengikuti pos kapal.
13) Mohd.Salleh Supian, peserta JICA-OIC

Pada semua yang sudi menjenguk, saya ucapkan SELAMAT HARI RAYA MA'AF ZAHIR BATIN, terkasar bahasa, tersinggung persaan dan tersentuh peribadi.

Semua kad raya akan saya tayangkan di depan pintu, kebangaan saya.

Tuesday, November 18, 2003

Apology

To the visitors of this blog, this writer apologises for not making updates due to the reasons below:-

1) Too sleepy from the after-effect of anti-histamine.

2) Too busy making cookies & goodies for the coming eid-il fitri.

3) Still planning to make an impressive Hari Raya card for this blog.

Anyway, whoever you are, wherever you're from...thanks for visiting my blog.

I'll be back, inshaAllah!

Friday, September 12, 2003

Entri pertama

Alhamdulillah;

Saya mulakan blog ini dengan ucapan alhamdulillah. Syukur kepada-Nya, akhirnya dapat juga saya "bercakap-cakap" kepada dunia menggunakan bahasa Melayu. Kerinduan kepada bahasa Melayu ini membuak-buak, hinggakan terbawa-bawa bermimpi.

alhamdulillah, kini saya boleh menulis dalam bahasa Melayu dan insyaallah akan istiqamah terhadapnya.