Aku tangkap sayap angin
dan melayang ke hujung langit
lalu lebur berguguran di ubun-ubun bukit.
Tanka ini saya dedikasikan khas untuk penulis karya di atas, seorang sasterawan terkenal di Msia sejak zaman 80an.
melayang hujung langit
nun ubun bukit
surat lapuk terselit
mengharap kamu datang.
kak lela
ReplyDeletesaya ada sumur di ladang
jemputlah datang menumpang mandi
insyaAllah umurmu panjang
jemput lah datang berjumpa lagi...
ok tak akak...ni ala-ala pantun melayu...
salam aini,
ReplyDeleteDengar nie...
Walau beribu sumur di ladang
tetapku segan bermandi-mandi
Walau beribu umurku panjang
tetapku mandi berhari-hari.
Ini orang melayu panggil pantun melencung-sengget!
Lembar (1)
ReplyDeleteAku singgah di sanggul gadis
dan bermain-main di gumpalan rambutnya
lalu tertidur sampai pagi.
Lembar (2)
Aku menitis ke teratak nelayan
dan merayap ke dapur rumahnya
lalu terlihat periuk kosong berkaparan.
Lembar (3)
Aku terjun ke perut sungai
dan menyambar jari-jari arus
lalu tercakar sirip anak-anak ikan.
Lembar (4)
Aku bertandang di dahan pokok
dan berbisik kepada sang semut
lalu terdengar rintih burung kekuyupan.
salam MBA san,
ReplyDeletesaya sangat suka dgn karya lembar ini, ada unsur-unsur alam dimetaforakan sebagai perasaan manusia. Inilah ciri2 utama dlm membentuk peribadi haiku.
Tapi tuan punya karya sudah lama tidak kedengaran suaranya.
Itu yg saya balaskan dengan tanka.
Salam Kak Lela...saya tertarik dengan 'tanka'. Apa bisa Kak Lela ajar saya bagaimana menghasilkan 'tanka'?
ReplyDeletesalam unsunghero,
ReplyDeletesaya mengajar tak bisa, kalau bisa-bisa...teringat cikgu zaman kanak2 dulu suka cubit sampai bisa.
Ouch...bisa.
disini saya jumpa sinambungan dari multiply k.lela
ReplyDeletesalam aida-kyushu,
ReplyDeletekat multiply siap tampal gambar sekali tapi sini takutlah kena saman...tampal gambar tanpa ijin.
Aida, biarlah rahsia...kekeke.
o.k.
ReplyDelete